Yang menyadari dan menemukan
Setiap hal memiliki 2 sisi, terang maupun gelap
Disatu sisi kamu merasakan terangnya, disisi lain kamu melihat sisi gelapnya
Tak adil kamu hanya menilai dari satu sisinya saja
Kamu harus mengamati, lalu berfikir dari dua sisinya,
Karena dengan begitu kamu akan melihat semuanya lebih nyata,
Membuatmu mencoba menghargai banyak pendapat yang ada,
Agar segalanya bisa kamu ambil sisi baiknya,
Agar kamu tak ceroboh merasa paling benar tanpa mencoba melihat dari sisi sebaliknya,
Kamu harus belajar merangkul beda yang ada,
karena beda sama sekali tak butuh dilebur, kamu hanya perlu menghargai segala pandang yang ada.
Karena jika mau, Tuhan bisa menciptakan kita sama.
Tapi nyatanya, justru kita diciptakan berbeda
Untuk apa ? agar kita berfikir bahwa dengan semakin beragam ciptaan-Nya , maka semakin membuktikan betapa Kuasa Kekuatan-Nya
Merah merona pipi yang terjejaki luapan semu rasa
Merah pula mata yang menderita bertahan membendung luapan luka
Semua tinggal menunggu masanya saja,

Bukankah hidup ini telah memberimu pilihan? kamu bisa memilih menerima atau Melupakan hingga luka tak-terasa justru makin menganga

Hidup ini soal menanti waktunya saja,
Tersakiti, lalu menyakiti
Melupakan, lalu dibalas dilupakan
Bukankah pola ini selalu sama?

Kamu hanya perlu menghadapinya, hingga waktu yang akan mendewasakanmu dengan sempurna
 Feat halimah

Kulontarkan pertanyaan yang sama untukmu pagi ini.
Kenapa masih saja mencintai tanah yang tinggi?
Kenapa suka menikmati dingin sambil menyesap kopi?
Apa hal-hal begitu tak terlalu membuatmu merasa sepi?



Tanah yang tinggi mungkin membantumu memahami diri sendiri.
Tapi kurasa tak juga membantumu memaknai luka ini.
Melupakan luka, justru akan membuatnya semakin menganga.
Kau lupa, bahkan sepi-mu takkan sanggup menyembuhkan luka.
Dan seperti pagi yang lain, kamu masih saja geming.
masih tak ingin menjawab pertanyaan yang kurasa penting.
Jangan diam begini saja karena aku semakin meracau.
Menebak-nebak yang terjadi justru membuat segalanya semakin kacau.

Kamu hanya harus menerima, 
Luapan emosi akan membuatmu lebih nyata.
Justru bagiku, kedataran emosi dan ekspresimu
semakin membuatmu terlihat tidak baik-baik saja.
Kamu harus mencoba menghadapinya,
sunyi-mu justru akan memperkeruh semua.
Apakah kamu mendaki untuk melarikan diri?
Apa mungkin kamu menerjang bahaya untuk menguap rasa?
Ataukah kamu memang suka bagian dimana aku mengkhawatirkanmu secara berlebihan?

Kali ini kamu merangkulku sambil tertawa.

Yang kamu pikirkan sejujurnya tak bisa dirasionalkan, jawabmu.

Dan kamu menambahkan,
Tapi benar tentang aku yang pergi untuk melupakan luka.
Sungguh, aku memang tak sedang baik-baik saja.
Bantu aku menyembuhkannya.
Mengembalikan harapan yang entah kemana.

Sepertinya pergi ke puncak sendiri tak menghilangkan risau-ku sama sekali.
Kamu tau kenapa? Karena obatnya tertinggal disini.

Jadi, mau membantu mengobatiku dan menemani pendakianku berikutnya? 



Ditulis dikelas 11 B yang lagi serius belajar fisika,dan kami dibangku pojok kelas justru ngayal kemana-mana
Ngga ada maksud apa apa, cuma iseng bikin sajak aja
Kalau ada yang ceritanya mirip, itu hanya kebetulan semata
Eh, tapi mungkin aja sih halimah baper
Thanks anyway, for read this random poem