Yang menyadari dan menemukan
Saya rindu kepul kabut pagi
Saya rindu gigil embun gunung
Saya merindu rumah

Rumah secara harfiah,
Bebas didalamnya kau merintih, meraung, kau menangis
Menjadi lemah yang melegakan

Jauh dari rumah akan memaksamu kuat
Seringkali memaksa kuat, akan menjadikanmu kuat
Maka saya mencoba

Tak ada peluh yang sia- sia

Mari pendam semua isak, kita bawa pulang kampung esok lusa
Saat siapa tau, isak akan berbuah tawa






''Apa kabar ?'' dia menyapaku hambar. Lengkap dengan senyum datar khas dia saat merasa tak nyaman.
''Lumayan'' angukku tak kalah hambar.
Dia bergumam, tak jelas bicara apa, lalu memilih duduk di kursi kosong samping kananku.
Bus ini terasa makin sesak, padahal penumpang pagi ini tak seberapa banyak. Oke, kuakui sosok sampingku ini membawa efek luar biasa pada pernafasanku.
''Sibuk apa sekarang ?'' dia masih berniat melanjutkan obrolan rupanya. ''Tidak sibuk, tidak sibuk apa-apa'' jawabku ringan.
''Oh ya? kalau tidak sibuk mengapa mukamu makin kuyu begini ? kenapa kau kurus begini ?'' aku gerah, dia mulai sok tau, mulai bereaksi sarkatis yang sangat 'terlalu dia'.
'' Yang jelas,  sibuk ataupun tidak sibuk, sama sekali bukan urusanmu''. Aku sedang tak ingin beramah-ramah, 1 tahun berusaha stabil tak akan kubiarkan sia-sia hanya karena sapaan-tak-pentingnya pagi ini.
Dia tersenyum kecut ''kau banyak berubah,ya '' entah dia berguman atau apa, yang jelas terlalu keras untuk sebuah gumanan.
Aku memutar bola mataku, aku berusaha berdamai dengan masa laluku. Tapi tidak untuk kembali bodoh terjatuh dikesalahan yang sama ''Peoples Change'' selorohku tajam.
Dia terkekeh '' Saya tau, tapi saya masih saja tidak menyangka. Kamu berubah, sangat berubah karena saya, kepada saya. Saya sadar saya tak memiliki hak apa-apa lagi. Sama sekali tak ada hak, tapi saya masih wajib memberi penjelasan kepadamu '' dia menerawang jauh kearah jalan.
''Penjelasanmu basi, sejak hari itu'' balasku, aku memilih berjalan menjauhinya bersamaan bus yang perlahan berhenti mendekati shelter ujung kota.
''Penjelasanmu tak akan berarti apa-apa, kau bahkan tak pernah berusaha apa-apa untuk membuktikannya. Penjelasan kosong tanpa pembuktian. Dan untuk apa aku masih meminta penjelasan? semuanya terlanjur terang dengan sendirinya'' Dia terlihat tak nyaman dengan ucapanku. Tapi aku bisa apa? memang itu nyatanya. Aku berusaha berdamai dengan masa laluku, aku telah berusaha merangkul masa laluku. Tapi tidak untuk berkompromi jatuh dikesalahan yang sama. aku tak sebodoh itu.